Apa Itu Atresia Duodenum? Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan Lengkap

Atresia duodenum merupakan salah satu jenis kelainan bawaan yang terjadi pada sistem pencernaan bayi sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan saluran usus dua belas jari (duodenum) tertutup atau tidak berkembang sempurna sehingga menghambat aliran makanan dari lambung menuju usus halus untuk dicerna. Karena sumbatan ini, bayi baru lahir dapat mengalami masalah serius pada pencernaannya, sehingga pemahaman tentang apa itu atresia duodenum sangat penting bagi orang tua dan tenaga medis.

Mengenal Atresia Duodenum secara Mendalam

Atresia duodenum adalah salah satu bentuk atresia, yaitu kelainan bawaan yang menyebabkan penutupan sebagian atau seluruh saluran cerna. Selain duodenum, atresia juga dapat terjadi pada bagian lain usus seperti jejunum, ileum, atau kolon. Namun, atresia duodenum adalah salah satu yang paling sering ditemukan dan paling banyak diteliti.

Pada kondisi atresia duodenum, saluran duodenum tidak terbuka secara sempurna atau bahkan tertutup sepenuhnya. Akibatnya, makanan yang masuk dari lambung tidak dapat melewati saluran ini untuk sampai ke usus halus. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dan makanan di lambung dan duodenum bagian atas, yang kemudian memicu gejala seperti muntah dan pembengkakan perut bagian atas.

Selain itu, kondisi ini juga sering dikaitkan dengan kelainan bawaan lain, terutama sindrom Down (trisomi 21). Oleh sebab itu, bayi yang didiagnosis atresia duodenum perlu mendapatkan evaluasi menyeluruh terhadap kemungkinan kelainan lain yang menyertainya.

Gejala Atresia Duodenum pada Bayi Baru Lahir

Gejala atresia duodenum umumnya sudah muncul segera setelah bayi lahir. Berikut beberapa tanda khas yang bisa dikenali:

  • Muntah berwarna kehijauan (bilious vomiting): Muntah ini terjadi karena adanya sumbatan sehingga makanan dan cairan tidak dapat lewat ke usus. Warna kehijauan menandakan adanya cairan empedu yang keluar.
  • Perut bagian atas membengkak: Pembengkakan ini muncul akibat penumpukan cairan dan makanan di lambung dan duodenum sebelum sumbatan.
  • Kesulitan menyusu atau minum: Bayi merasa tidak nyaman dan sering menolak susu karena rasa penuh dan mual akibat sumbatan.
  • Kurangnya buang air kecil dan besar: Ini menandakan gangguan fungsi pencernaan dan hidrasi bayi yang perlu segera ditangani.

Gejala ini biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah kelahiran dan memerlukan penanganan medis segera.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Atresia Duodenum?

Diagnosis atresia duodenum dilakukan melalui beberapa pemeriksaan, baik selama masa kehamilan maupun setelah bayi lahir:

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) pada Ibu Hamil

Selama kehamilan, USG dapat membantu mendeteksi kemungkinan atresia duodenum dengan melihat adanya peningkatan cairan ketuban (polihidramnion). Kondisi ini terjadi karena janin tidak mampu menelan dan menyerap cairan amniotik secara normal akibat sumbatan pada saluran cerna.

Rontgen (X-ray) Perut Bayi

Setelah bayi lahir, pemeriksaan sinar-X abdomen biasanya dilakukan untuk melihat bentuk dan kondisi lambung serta duodenum. Ciri khas dari atresia duodenum adalah gambaran "double bubble" yang menandakan adanya dua kantung udara, yaitu di lambung dan bagian awal duodenum yang membesar akibat sumbatan.

Pemeriksaan Pendukung Lain

Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan atau MRI untuk mengetahui secara lebih rinci anatomi usus bayi dan kemungkinan kelainan lain yang menyertai.

Pengobatan dan Perawatan Atresia Duodenum

Atresia duodenum tidak bisa sembuh dengan sendirinya dan memerlukan penanganan medis yang serius. Berikut adalah beberapa langkah pengobatan yang biasanya dilakukan:

  • Pemasangan infus: Untuk menjaga cairan dan elektrolit bayi tetap stabil sebelum operasi.
  • Nasogastric tube: Tabung yang dimasukkan melalui hidung ke lambung untuk mengeluarkan cairan berlebih dan mengurangi pembengkakan.
  • Operasi korektif: Tindakan utama untuk mengatasi atresia duodenum adalah operasi. Dokter akan membuka bagian usus yang tersumbat dan menyambungkan kembali kedua ujung usus agar aliran makanan kembali lancar.

Setelah operasi, bayi akan mendapatkan perawatan intensif untuk memastikan fungsi pencernaan berjalan normal dan mencegah infeksi atau komplikasi lainnya. Pemantauan jangka panjang juga diperlukan untuk memastikan tumbuh kembang bayi berjalan optimal.

Pencegahan dan Pentingnya Deteksi Dini

Meski penyebab pasti atresia duodenum belum diketahui, deteksi dini sangat penting agar penanganan bisa dilakukan segera dan mengurangi risiko komplikasi. Ibu hamil disarankan untuk menjalani pemeriksaan rutin dan USG secara berkala guna memantau kondisi janin.

Dengan pengawasan yang baik, dokter dapat merencanakan persalinan di fasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan untuk menangani kasus kelainan bawaan seperti ini secara optimal.

Kesimpulan

Atresia duodenum adalah kelainan bawaan yang menyebabkan sumbatan pada usus dua belas jari, sehingga menghambat proses pencernaan makanan pada bayi baru lahir. Gejala utamanya berupa muntah hijau, pembengkakan perut atas, dan kesulitan menyusu. Diagnosis dilakukan melalui USG selama kehamilan dan pemeriksaan sinar-X setelah lahir. Penanganan yang utama adalah operasi untuk membuka dan menyambungkan kembali saluran usus yang tersumbat.

Walaupun tergolong serius, dengan penanganan tepat dan cepat, bayi yang mengalami atresia duodenum memiliki peluang besar untuk pulih dan tumbuh sehat. Oleh sebab itu, pemeriksaan kehamilan rutin dan penanganan medis segera setelah lahir sangat dianjurkan.

Baca Juga: Tips Minum Kopi yang Sehat: Cara Nikmati Kopi Tanpa Risiko Kesehatan

2